Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Forum berlangsung di Bali 1-7 Oktober 2013. Selain dihadiri para kepala negara anggota APEC, forum itu akan menjadi ajang pertemuan 1.200 CEO perusahaan dari berbagai Negara.
Pertanyaannya, seperti apa dampaknya bagi Indonesia? Sebelum ditelaah lebih jauh, kita seharusnya coba mengingat salah satu selogan proklamator bangsa ini (Soekarno), yaitu “Jas Merah (jangan sekali-sekali melupakan sejarah). Maka kita coba mengingat kembali pada masa dimana bangsa ini masih dikuasai oleh pemerintahan Hindia Belanda yang jelas berbentuk penjajahan (kolonialisme dan imperialisme) dan juga disertai dari beberapa Negara yang sempat menguasai bangsa ini. Jelas sejarah tersebut ialah gambaran dimana bangsa ini dipenuhi dengan ketidak-adilan dan ketertindasan. Pertanyaan barunya ialah, apakah bangsa ini dapat terlepas dari segala bentuk penjajahan walau pada 17 Agustus 1945 bangsa ini telah memproklamasikan kemerdekaanya.
Benar, jika dikatakan bangsa ini dalam pemerintahan yang dipimpin oleh bangsa sendiri. Akan tetapi, apakah benar jika dikatakan bangsa ini telah merdeka seutuhnya? Jawabannya ialah kita harus melihat kondisi kekinian.
Tahun 2013 bagi Indonesia bisa jadi istimewa. Sejak Januari 2013 sudah dimulai di Jakarta, berlanjut di Surabaya serta Medan dan telah diadakan di Bali 1-8 Oktober 2013. Setiap pertemuan membahas hal krusial dan tertutup. Banyak hal yang tidak dipublikasikan ke umum. Tema APEC Indonesia 2013 adalah “Resilient Asia Pacific, Engine of Global Growth”. Setiap pertemuan dapat dipastikan membahas pengamanan ekonomi dan hal-hal yang dapat mengganggu perekonomian. Sebagai pemangku kepentingan dalam masa depan untuk bekerja sama menuju dunia yang lebih tangguh dan untuk membangun jembatan pertumbuhan yang menciptakan lebih banyak kesempatan untuk perdagangan dan investasi untuk kepentingan perekonomian global.
Masyarakat Indonesia harusnya lebih dapat menganalisis kondisi tersebut dengan lebih mendalam, janji keberlangsungan dan kestabilan ekonomi harus diwaspadai. Terkait dengan ekonomi, Indonesia dipaksa tunduk pada pasar bebas. Produk luar negeri membanjiri Indonesia tanpa ada filter. Impor beras, kedelai, ikan, daging sapi dan kebutuhan lainnya menjadi bukti kelemahan Indonesia tidak mampu melindungi rakyat karena telah tunduk dengan pasar bebas. Indonesia yang telah dikuasai para pemodal global terlalu sibuk mengurusi ekonomi makro atau para korporat besar. Perusahaan asing yang berkolaborasi diberikan keleluasaan penuh. Masyarakat Indonesia yang banyak hanya akan dijadikan sebagai mangsa pasar dalam balutan budaya konsumerisme. Hal ini jelas ialah bentuk dari penjajahan gaya baru.
Kalau Pemerintah Indonesia konsisten dengan amanat yang telah dituangkan dalam konstitusi, seharusnya pemerintah tidak menerima begitu saja ide perdagangan bebas yang digagas APEC. Apalagi, dalam hal ini sama sekali tidak ada jaminan kalau perdagangan bebas bisa menguntungkan perekonomian Indonesia. Maka jelas bahawa APEC hanya akan memberikan keuntungan bagi para pemodal atau perusahan-perusahaan global. Pemerintah dengan senang hati mengundang para investor asing untuk mengelola sumber daya di Indonesia. Hal tersebut ialah gambaran bahwa pertemuan APEC sebagai ajang menjual Indonesia kepada para perusahaan asing.
Tidak hanya berhenti di APEC saja, dalam waktu dekat ini Indonesia juga akan menjadi tuan rumah pertemuan WTO yang juga akan membahas mengenai pasar bebas. Indosnesia akan tetap sebagai mangsa pasar yang jelas akan menyengsarakan masyarakatnya. Maka pertanyaannya, dimana Negara ini melindungi rakyatnya? Bagaimana dengan petani, nelayan dan bagi pengusaha-pengusaha kecil (mikro)? jelas Negara ini telah gagal. Para petani kecil, nelayan dan bagi industry mikro akan kalah bersaing dengan kekuatan modal perusahaan global yang besar. Maka jelaslah bahwa Negara ini didalam lubang penjajahan gaya baru.
Dengan demikian, kita sebagai masyarakat Indonesia yang sadar harus dapat melakukan perlawanan atas keterjajahan ini. Oleh karena itu, SUMATRAN YOUTH FOOD MOVEMENT mengajak masyarakat Indonesia untuk:
Oleh : SUMATRAN YOUTH FOOD MOVEMENT
Foto by : berdikarionline.com
Pertanyaannya, seperti apa dampaknya bagi Indonesia? Sebelum ditelaah lebih jauh, kita seharusnya coba mengingat salah satu selogan proklamator bangsa ini (Soekarno), yaitu “Jas Merah (jangan sekali-sekali melupakan sejarah). Maka kita coba mengingat kembali pada masa dimana bangsa ini masih dikuasai oleh pemerintahan Hindia Belanda yang jelas berbentuk penjajahan (kolonialisme dan imperialisme) dan juga disertai dari beberapa Negara yang sempat menguasai bangsa ini. Jelas sejarah tersebut ialah gambaran dimana bangsa ini dipenuhi dengan ketidak-adilan dan ketertindasan. Pertanyaan barunya ialah, apakah bangsa ini dapat terlepas dari segala bentuk penjajahan walau pada 17 Agustus 1945 bangsa ini telah memproklamasikan kemerdekaanya.
Benar, jika dikatakan bangsa ini dalam pemerintahan yang dipimpin oleh bangsa sendiri. Akan tetapi, apakah benar jika dikatakan bangsa ini telah merdeka seutuhnya? Jawabannya ialah kita harus melihat kondisi kekinian.
Tahun 2013 bagi Indonesia bisa jadi istimewa. Sejak Januari 2013 sudah dimulai di Jakarta, berlanjut di Surabaya serta Medan dan telah diadakan di Bali 1-8 Oktober 2013. Setiap pertemuan membahas hal krusial dan tertutup. Banyak hal yang tidak dipublikasikan ke umum. Tema APEC Indonesia 2013 adalah “Resilient Asia Pacific, Engine of Global Growth”. Setiap pertemuan dapat dipastikan membahas pengamanan ekonomi dan hal-hal yang dapat mengganggu perekonomian. Sebagai pemangku kepentingan dalam masa depan untuk bekerja sama menuju dunia yang lebih tangguh dan untuk membangun jembatan pertumbuhan yang menciptakan lebih banyak kesempatan untuk perdagangan dan investasi untuk kepentingan perekonomian global.
Masyarakat Indonesia harusnya lebih dapat menganalisis kondisi tersebut dengan lebih mendalam, janji keberlangsungan dan kestabilan ekonomi harus diwaspadai. Terkait dengan ekonomi, Indonesia dipaksa tunduk pada pasar bebas. Produk luar negeri membanjiri Indonesia tanpa ada filter. Impor beras, kedelai, ikan, daging sapi dan kebutuhan lainnya menjadi bukti kelemahan Indonesia tidak mampu melindungi rakyat karena telah tunduk dengan pasar bebas. Indonesia yang telah dikuasai para pemodal global terlalu sibuk mengurusi ekonomi makro atau para korporat besar. Perusahaan asing yang berkolaborasi diberikan keleluasaan penuh. Masyarakat Indonesia yang banyak hanya akan dijadikan sebagai mangsa pasar dalam balutan budaya konsumerisme. Hal ini jelas ialah bentuk dari penjajahan gaya baru.
Kalau Pemerintah Indonesia konsisten dengan amanat yang telah dituangkan dalam konstitusi, seharusnya pemerintah tidak menerima begitu saja ide perdagangan bebas yang digagas APEC. Apalagi, dalam hal ini sama sekali tidak ada jaminan kalau perdagangan bebas bisa menguntungkan perekonomian Indonesia. Maka jelas bahawa APEC hanya akan memberikan keuntungan bagi para pemodal atau perusahan-perusahaan global. Pemerintah dengan senang hati mengundang para investor asing untuk mengelola sumber daya di Indonesia. Hal tersebut ialah gambaran bahwa pertemuan APEC sebagai ajang menjual Indonesia kepada para perusahaan asing.
Tidak hanya berhenti di APEC saja, dalam waktu dekat ini Indonesia juga akan menjadi tuan rumah pertemuan WTO yang juga akan membahas mengenai pasar bebas. Indosnesia akan tetap sebagai mangsa pasar yang jelas akan menyengsarakan masyarakatnya. Maka pertanyaannya, dimana Negara ini melindungi rakyatnya? Bagaimana dengan petani, nelayan dan bagi pengusaha-pengusaha kecil (mikro)? jelas Negara ini telah gagal. Para petani kecil, nelayan dan bagi industry mikro akan kalah bersaing dengan kekuatan modal perusahaan global yang besar. Maka jelaslah bahwa Negara ini didalam lubang penjajahan gaya baru.
Dengan demikian, kita sebagai masyarakat Indonesia yang sadar harus dapat melakukan perlawanan atas keterjajahan ini. Oleh karena itu, SUMATRAN YOUTH FOOD MOVEMENT mengajak masyarakat Indonesia untuk:
- Menolak APEC dan WTO di Indonesia sebagai bentuk Penjajahan Gaya Baru.
- Melawan segala bentuk Neokolonialisme, Neoimperialisme, Neoliberailsme, serta Kapitalisme di Indonesia
- Memboikot PANGAN IMPOR..
- Mengkonsumsi PANGAN hasil PERTANIAN dan PERIKANAN LOKAL.
- Mendukung kepentingan PETANI, NELAYAN, dan INDUSTRI MIKRO.
Oleh : SUMATRAN YOUTH FOOD MOVEMENT
Foto by : berdikarionline.com

0 Komentar untuk "APEC : Sebuah Model Penjajahan Gaya Baru"