Menurut Iskandar Zulkarnaen, pembicara yang merupakan Community Editor
Kompasiana, “Citizen Journalism merupakan kegiatan melaporkan berita
yang dilakukan warga biasa yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh uang
tapi memiliki minat pada suatu masalah”. Nah, ketika warga biasa yang
ingin menuliskan opininya terhadap suatu masalah dan menerbitkannya pada
sebuah blog pribadi ataupun Social Media yang lain yang kemudian
dibaca oleh orang banyak, maka warga biasa tersebut telah melakukan
Citizen Journalism.
Bahkan, surat kabar sekelas Tribun Medan yang
merupakan anak dari Group Kompas juga sudah menyediakan satu kolom
untuk Citizen Journalism. Dimana, kita sebagai warga biasa
diperbolehkan untuk menuliskan opini kita tentang apa saja dan kemudian
mengirimkannya ke redaksi. Jika artikel kita yang berupa opini
tersebut layak terbit, maka voilaa…nama anda akan muncul di surat
kabar, sebagai penulis. Sebagai Citizen Journalist. Dan kita, orang
biasa ini akan mampu menjadi bagian dari sejarah, merubah wajah dunia.
Jangan remehkan kekuatan Social Media. Jangan remehkan kekuatan blog.
Saya pernah mengenal dan bertemu langsung dengan orang-orang luar biasa
yang berhasil mengubah wajah dunia dengan blog. Hanya dengan
menuliskan kata-kata pada jurnal online. Sebutlah Enda Nasution yang mempunyai sebutan Bapak Blogger Indonesia, yang melanglang buana berkat blog, mendirikan situs Web 2.0 dan jika anda ingin lebih lengkap lagi sila merujuk ke wikipedia. Kemudian seorang perempuan, pendiri situs Web 2.0 berjudul Ngerumpi yang saya kenal dengan nama Simbok Venus,
yang keisengannya menulis diblog pribadi yang merupakan jurnal online
tempatnya belajar menulis akhirnya menjadikannya penulis tetap di detik. Kemudian Putra Nasution
(entah apakah abang satu ini bersaudara dengan Enda Nasution atau
tidak) yang juga berhasil menjejakkan kaki di tanah Colombus juga berkat
keisengannya blogging. Dan masih ada banyak lagi yang akhirnya menjadi
full time blogger dan berhasil.
Membuat blog memang mudah, tapi merawatnya sangat sulit, itu yang
dibilang Heru Margianto, pembicara yang merupakan online journalist
Kompas yang memberikan tips tentang bagaimana menulis cepat, menarik
dan bermanfaat pada workshop kemarin. Dan saya banyak mencatat beberapa
kiat-kiat yang bisa kita tiru agar blog kita selalu update. Intinya
adalah Think About Your Passion To Write. That’s it. If you don’t love
it, don’t write about it. Benar sekali. Tulislah apa saja yang kita
ingin tulis, menulislah dengan hati (begitu tagline di Ngerumpi).
Tak banyak mungkin dari kita yang mengenal siapa itu Ndoro Kakung, Simbok Venus, Enda Nasution, Putra Nasution, Nicholas, Silly, Nonadita
dan banyak blogger lain yang akhirnya membentuk komunitas dan
berkontribusi pada banyak peristiwa yang terjadi pada bangsa ini justru
ketika pemerintah kurang tanggap terhadap masalah tersebut. Hanya
melalui Social Media. Sebutlah Blood For Life
merupakan komunitas blogger yang peduli dengan donor darah, yang
memberikan informasi kepada masyarakat yang membutuhkan darah, yang
penggeraknya merupakan seorang ibu rumah tangga, blogger yang dikenal
dengan nama Silly. Atau ketika menangani korban pengungsi Merapi dan banyak lagi. Yang masih segar dalam ingatan kita, pengumpulan Koin Untuk Prita,
dimulai pada sebuah angkringan di Jalan Langsat Jakarta, yang akhirnya
sekarang menjadi besar dan dikenal dengan Komunitas Langsat. Lao Tzu
memang benar, The journey of a thousand miles begins with one step.
Thomas Carlyle, seorang filsuf Inggris pernah mengatakan bahwa “Sejarah
dunia adalah biografi orang-orang besar”. Tapi itu dulu, ketika Tim
Berners-Lee masih belum menemukan world wide web (www). Ketika
teknololgi internet masih berada dalam wilayah Departemen Pertahanan
Amerika Serikat pada tahun 1969. Tapi sekarang, dunia mulai mencatat
sejarah yang dimulai orang-orang biasa, seperti kita. Hanya dengan
sebuah blog kecil kita bisa mengubah sejarah dunia, mampu menyampaikan
opini-opini kita. Hanya dengan penyampaian ide-ide dalam kepala kecil
kita. Menulis memang tak mudah, tapi tak ada sesuatu pun yang tak bisa
dilakukan jika kita mau berusaha.
Seperti kata Heru Margianto,”Menulislah karena ingin menulis, dan
jadilah diri sendiri ketika ingin menulis. Dan teruslah menulis, hingga
tak ada kata yang keluar lagi”. Maka, menulislah hanya dengan hati,
agar bisa diterima dengan hati. Bahkan, seorang Imam Besar yang pernah
dimiliki umat Muslim, Imam Ali bin Thalib juga pernah mengatakan, “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”.
Maka, tak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak menulis. Jika Citizen
Journalism sudah bisa diterima di bumi nusantara tercinta ini, maka
sudah saatnya pula kita belajar menyampaikan opini-opini kita dengan
tulisan yang santun.
Mari menulis, mari mengikat ilmu dengan menuliskannya.
Oleh : Wirda Fitriani
