Selama ini, jika ada masalah listrik padam, PLN pasti memberi alasan 
kerusakan mesin pembangit maupun jaringan. Terus, kenapa kita di 
Indonesia saja yang begini, di luar negeri tidak’. Masyarakat semakin 
letih dibohongi PLN. Alasan klasik, seperti mesin rusak, sudah tidak 
masuk akal lagi. Sebaiknya PLN privatisasikan saja listrik, agar 
pelanggan tidak kecewa.
Hal itu dikatakan Ketua Pemuda 
Muslimin Indonesia (PMI) Kota Medan Rinaldi Amri SIP di sekretariatnya 
Jalan Taduan Medan, senin (15/4), usai melakukan rapat menindak lanjuti 
unjukrasa ke kantor wilayah PLN di Jalan Yos Sudarso Medan, yang sudah 
meraka lakukan beberapa waktu yang lalu.Rinaldi mengatakan, pemerintah 
terus menerus memberi subsidi kepada PLN, tetapi hasilnya terus merugi 
sehingga pasokan listrik tidak memenuhi hak pelanggan. Byar pet terus 
saja terjadi.
“Ada angka yang fantastis, pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan 
Agus Martowardojo menargetkan besaran subsidi energi listrik pertahun 
mencapai rata-rata Rp 110 triliun, minimal 100 triliun pada 2014 ini, 
dan mencapai 440 triliun hingga tahun 2017,” katanya.
Mestinya, pelayanan lebih maksimal, tidak ada lagi listrik hidup dan 
padam yang terjadi secara mendadak dan tanpa pemberitahuan.  “Kemana 
subsidi itu semuanya..?,” tanyanya.
Kalau dirunut ke belakang, 
besaran subsidi sejak tahun 2009, sebesar Rp 53,72 triliun, pada tahun 
2010 mencapai Rp 58,10 triliun, tahun 2011 Rp 93,18 triliun, 2012 Rp 
64,97 triliun (APBN-P), dan tahun 2013 sebesar Rp 78,63 triliun (RAPBN) 
atau Rp 93,52 triliun bila tarif tidak naik.Yang mendapat subsidi pun 
hanya pelanggan yang menggunakan daya 450 VA dan 900 VA. Tapi mengapa, 
krisis listrik belum juga terkendali.
“Bahkan pelayanan PLN semakin 
tidak menentu, kita heran membayangkan, kemana sebenarnya semua 
dana-dana fantastis ini, belum lagi tagihan kepada pelanggan yang 
jumlahnya juga lumayan besar. Selama ini, jika ada masalah listrik 
padam, PLN pasti memberi alasan kerusakan mesin pembangit maupun 
jaringan. Terus, kenapa kita di Indonesia saja yang begini, di luar 
negeri tidak,” jelasnya.
Rinaldi menegaskan, masyarakat 
juga semakin bingung, mengapa pasokan listrik selalu defisit, kalau 
karena mesin rusak, mengapa PLN tidak membeli saja mesin yang lebih 
baik. Toh dana dari iuran pelanggan juga besar dan dapat dimanfaatkan 
untuk itu.
“Saya ragu PLN tidak mampu 
melakukan efisiensi dana sehingga menguap lebih besar ketimbang 
produktifitas,” kata Rinaldi, yang juga pengusaha muda yang berhasil 
ini.Sebenarnya, kata Rinaldi, rencana
 menaikkan tariff dasar listrik (TDL) melalui Permen ESDM no.30 tahun 
2012 dimana tidak membebani pelanggan 450 VA dan 900 VA sebenarnya cukup
 logis apalagi ada rencana pengurangan subsidi hingga 20%.Artinya, PLN sudah harus mampu mandiri dan meningkatkan hasil produktifitasnya. Kalau tidak, ya bagus diprivatisasi saja.
“Meskipun kenaikan TDL dinilai 
wajar, mestinya, kenaikan itu diikuti dengan perubahan pelayanan yang 
lebih maksimal. Kalau membeli mesin baru, mestinya jangan yang second 
hand, belilah yang baru, walau lebih mahal, tapi efektif dan efisien,” 
ujarnya.Rinaldi yang juga Wakil Ketua 
Partai Gerindra Kota Medan ini menyadari sepenuhnya beban PLN cukup 
berat. Sebab itu, kalau memang tidak mampu, sebaiknya, PLN meningkatkan 
kemitraan dengan swasta sehingga pasokan listrik ke pelanggan tidak 
terganggu.
Selain itu, PLN, khususnya 
wilayah Sumatera Utara, juga harus merestrukturisasi system 
operasionalisasi dan manajemen sehingga mutu pelayanan dapat lebih 
optimal dan maksimal. PLN tidak perlu umbar janji, karena masyarakat 
tidak bodoh. Artinya, jangan hak masyarakat yang diminta, sementara 
kewajiban PLN tidak terlaksana dengan baik.
” Selaku pemuda, kami akan selalu
 menjadi social control bagi kinerja PLN. Bahkan kami akan mengulangi 
demo ke kantor-kantor PLN jika pelayanan terhadap masyarakat 
terabaikan,” ujar Rinaldi, yang juga Ketua HKTI Kota Medan ini
Tag :
Medan
 

 
1 Komentar untuk "Warga Medan Bosan Dengan Mati Lampu"
Betul.. Kenyangin n tebalin kantong org PLN aja, maunya dilempar batu, bulan bulan puasa juga mati lampu, apa kinerja dr PLN sebenarnya